Rabu, 13 September 2006

Wapres: Pembalakan Liar Marak Karena Banyaknya Konsumen

[Tempo Interaktif] - Banyaknya konsumen pemakai kayu ditengarai sebagai penyebab maraknya pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia. "Kalau tidak ada yang memakai furniture kayu besar-besar pasti tidak akan marak illegal logginglegal logging. Illegal logging ada karena konsumennya ada," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sambutan pembukaan Kongres Kehutanan Indonesia IV, Rabu.

Kalla berbicara sambil melihat ukiran kayu besar yang mendominasi aula Manggala Wanabakti tempat acara berlangsung. Dua buah dinding kayu coklat berukir berdiri tegak melatarbelakangi podium. Mewah dan elegan. Sementara lampu yang sedikit temaram bersembunyi dalam eternit. Bahkan podium yang diinjaknya terbuat dari kayu. Begitu pula deretan bangku tamu dan undangan.

Menteri Kehutanan, Malam Sambat Kaban mengatakan di era tahun 1970-1980, masyarakat menggantungkan ekonomi pada hutan. Akibatnya setiap tahunnya 2,6 juta hektar hutan rusak. "Masyarakat masih memiliki pandangan bahwa pembangunan hutan adalah dengan memanfaatkan kayu terutama bahan kayu bulat."

Ketua Umum Kongres Kehutanan Indonesia sekaligus inisiator Dewan Kehutanan Nasional, Agus Setyarso,mengatakan, 60 juta potensi hutan hilang hingga merugikan 40 juta rakyat Indonesia. "Ini akibat hilangnya fungsi pelayanan hutan."ujarnya. [Rabu : 13 September 2006]
maupun

Rabu, 06 September 2006

Sukanto Tanoto Alias Tan Kang Hoo: The Rich Man Pengutang Kakap, Terkaya di Indonesia

[Tempo Interaktif] - Majalah Forbes Asia menobatkan Sukanto Tanoto, bos Grup Raja Garuda Mas, sebagai orang Indonesia terkaya di Indonesia. Menurut Dow Jones, konglomerat yang bergerak di industri kertas dan bubur kertas, kelapa sawit, konstruksi, dan permesinan serta energi itu memiliki kekayaan bersih US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 25,2 triliun.

Sukanto juga bekas pemilik PT Unibank Tbk. yang telah dilikuidasi. Kewajiban bank tersebut kepada Bank Indonesia berupa bantuan likuiditas Bank Indonesia Rp 50 miliar dan fasilitas diskonto wesel ekspor berjangka sekitar US$ 230 juta hingga kini tidak jelas penyelesaiannya.

Pemilik nama asli Tan Kang Hoo itu juga merupakan pemilik Riau Complex, yang berutang kepada sindikasi lima bank nasional senilai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun, termasuk bunga. Khusus kepada PT Bank Mandiri Tbk. yang menjadi pemimpin sindikasi, perusahaan tersebut berutang Rp 5,4 triliun. "Kaya itu hak setiap orang, tapi utang wajib dibayar," kata Mansyur S. Nasution, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk., menanggapi penobatan Sukanto sebagai orang terkaya di Indonesia.


Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto, Senin lalu, menyatakan mendukung langkah manajemen Bank Mandiri menempuh jalur hukum agar para pengutang kakap segera melunasi utang. Forbes Asia juga memasukkan sembilan nama lainnya sebagai orang Indonesia terkaya tahun ini. Empat di antaranya, termasuk Sukanto, adalah bekas pengutang kakap Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

Mereka adalah Eka Tjipta Widjaja, pemilik Grup Sinar Mas; Aburizal Bakrie, bekas pemilik mayoritas PT Bakrie & Brothers, sekarang menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat; serta Liem Sioe Liong, bos Grup Salim.

Juru bicara Sukanto, Ratih Harjono, mengatakan, kliennya tidak tahu-menahu soal data yang digunakan Forbes Asia. "Pak Kanto bilang ke saya, dia tidak tahu mengapa bisa menjadi nomor satu," kata Ratih. Adapun Bakrie hanya berkomentar pendek. "I wish," jawabnya singkat sambil berjalan tergesa-gesa menuju mobilnya. [6 Juli 2007]